Gubernur Baru, Tim Sukses Siap-siap Kecewa.
Sunday, 20 June 2010
KOTAJAMBI - Untuk jadi Gubernur dalam pemilihan langsung, sangat meletihkan jiwa dan raga, melibatkan banyak orang, menghabiskan uang dengan jumlah besar serta dukungan kesehatan yang prima. Anehnya, di Indonesia banyak yang berambisi menjadi gubernur. Lihat saja dalam Pemilukada Gubernur Kalteng, Sumbar, Kalsel calonnya lebih dari empat. Tidak terkecuali Pemilu Kada Gubernur Jambi tahun 2010 ini yang diikuti empat pasangan kandidat.
“ Aneh di Indonesia ini, banyak orang yang berambisi menjadi gubernur, padahal gajinya Rp 8,5 juta/ bulan. Perkiraan dana yang dikeluarkan untuk menjadi gubernur itu minimal Rp 40 miliar, bahkan bisa lebih. Bagaimana cara mengembalikannya itu?” jelas Kemendagri, Gamawan fauzi, S.H kepada pers beberapa waktu lalu.
Misalnya saja, para kandidat Gubernur Jambi periode 2010 – 2015, sumbangan dana kampanye yang didaftarkan di KPU Provinsi Jambi jumlahnya cukup banyak. Pasangan ZA – Ami sekitar 1,9 Miliar, Pasangan HBA – Fahrori sekitar Rp 4,5 Miliar, Pasangan MM – Hich sekitar Rp 3 Miliar dan Pasangan SAS sekitar Rp 975 juta.
Dana yang didaftarkan para kandidat ini merupakan dana sumbangan kampanye dari para donatur. Dana yang sudah terpakai dan tidak didaftarkan jumlahnya melebihi angka tersebur. Sebut saja dana yang telah dikeluarkan selama sosialisasi, biaya untuk mendapatkan partai pengusung, biaya alat-alat peraga, biaya untuk media serta sumbangan-sumbangan kepada masyarakat.
Perkiraan angka yang disinyalir Mendagri itu, untuk tahap sekarang ini, angka minimal, bahkan jumlahnya bisa dua kali lipat atau sekitar Rp 80 hingga Rp 100 Miliar. Apalagi di daerah-daerah yang medannya sulit.
Dengan latar belakang demikian, orang-orang yang menjabat Bupati/ Walikota atau jabatan lain di provinsi memiliki keuntungan tersendiri. Memang melihat dari pengalaman Pemilu Kada Gubernur di Indonesia, para bupati/ walikota paling banyak mengincar kursi gubernur. Ibarat sekolah mereka ingin naik kelas. Kalaupun gagal naik kelas, jabatan bupati tidak hilang.
Beberapa keuntungan para bupati/ walikota yang mencalonkan jadi gubernur dengan memobilisasi para pejabat di daerahnya berkuasa, tenaga mereka dikerahkan serta sumbangan-sumbangan dana sosialisasi. Pekerjaan ini sangat rapi dilakukan, walau para pejabat ini dalam hatinya mengerutu. Kalau tidak ikut membantu, jabatan bisa hilang. Selama sosialisasi mobil-mobil pemerintah dipakai, dengan menukar plat merah menjadi plat hitam, tidak terkecuali dana-dana perjalanan dinas dan modus-modus lainnya.
“ Kami sangat susah, di hati kecil tidak mau terlibat, karena PNS dilarang berpolitik, tapi atasan meminta, harus ngimana lagi,” jelas seorang kabag yang bupatinya ikut mencalon gubernur.
Para pejabat yang ikut membantu sang kandidat, sebagian memang mengambakan diri dengan sekuat tenaga dan pikiran, mereka berharap kelak, kalau sang kandidat menang, jabatan strategis di provinsi sudah menanti. Minimal jabatan lama masih bisa bertahan.
Setiap kandidat memiliki pola yang berbeda dalam membuat jaringan, namun yang pasti setiap kandidat memiliki tim sukses. Dalam pengertian sehari-hari, tim sukses ini orang-orang yang diberdayakan atau membantu sang kandidat mencapai tujuannya. Yang termasuk tim sukses ini, ada namanya tim keluarga, tim relawan, tim penguyuban, tim pemenangan, tim kampanye, tim saksi dan organisasi sayap.
Seorang kandidat gubernur minimal memiliki tim sukses ini sekitar 20 ribu orang, dari tingkat provinsi hingga desa-desa. Peran tim sukses ini sangat besar sekali, mulai dari strategi, memasang gambar, mengerahkan massa, berkampanye dor to dor dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sekarang setelah kandidat terpilih, para pejabat yang ikut membantu, tim sukses, parpol pengusung, merasa ikut serta memenangkan sang kandidat. Mereka berpesta, rasanya mereka orang-orang yang sangat penting di Provinsi Jambi hari-hari ini.
Dibenak mereka mulai berpikir untuk mendapat hasil. Kalau pejabat ingin dapat promosi jabatan, kalau pengusaha ingin dapat proyek besar, kalau pegangguran ingin dapat PNS, atau bahasa Jambinya ingin dapat lokak.
Tapi belajar dari pengalaman dan cerita para tim sukses dari beberapa Pemilkada Guberbur dan bupati/ walikota yang terdahulu. Ternyata tidak semua tim sukses atau orang-orang yang membantu bisa terakomodir permintaannya. Apalagi untuk tingkat Pemilu Kada Gubernur, ribuan orang terlibat dalam tim sukses ini.
Di seluruh Provinsi Jambi ada sekitar 1200 kelurahan/ desa. Untuk menang sang calon harus memiliki jaringan ke seluruh desa/ kelurahan. Diambil saja angka kasar, setiap desa/kelurahan memiliki 10 tim sukses, maka jumlahnya mencapai 12 ribu orang. Belum lagi, pengurus tim sukses di provinsi, kabupaten/kota, parpol pengusung, organisasi sayap, relawan, jumlahnya bisa mencapai 20 ribuan, bahkan melebihi.
Kalau sebagian dari tim sukses itu berharap dapat proyek, betapa pusingnya untuk mengakomodirnya. Biasanya, proyek-proyek yang dibagi-bagi ini, berupa proyek PL dengan nilainya dibawah Rp 100 juta. Proyek-proyek itu sumber dananya dari APBD provinsi yang tersebar di SKPD-SKPD.
Gubernur baru akan mulai mengelola keuangan tahun anggaran 2011. Seandainya APBD Jambi tahun 2011 sekitar Rp 1,4 triliun. Kalau kita rata-ratakan saja jumlah proyek PL itu 10 persen dari Rp 1,4 triliun, jumlahnya sekitar Rp 150 miliar hingga Rp 200 miliar. Proyek-proyek PL itu dapat memberi pekerjaan kepada 1000 hingga 1500 tim sukses. Sementara tim sukses ini jumlahnya melebihi angka tersebut.
Begitu juga dengan jabatan, di lingkungan Setda Provinsi Jambi setidaknya ada sekitar 200 jabatan eselon dua hingga eselon empat. Para pejabat yang selama ini ikut membantu tentunya berharap dapat eselon. Kalau dulu eselon empat ingin naik menjadi eselon tiga, begitu seterusnya.
Tapi, gubernur baru tidaklah akan mempertaruhkan jabatan itu kepada orang-orang yang tidak mampu, pasalnya kinerja gubernur untuk mencapai janji-janji dan misi serta visi sangat tergantung dari pejabat eselon ini. Kalau salah menempatkan orang, bukan karena kemampuan tapi balas jasa politik. Gubernur terpilih akan jadi bulan-bulanan, karena semua program gagal total.
Jadi…. tidak semua tim sukses bakal bisa diakomodir permintaannya. Maka bersiap-siaplah untuk ikhlas, janganlah sakit hati. Para kandidat tentunya punya hitung-hitungan sendiri, bisa jadi ada rangkingya siapa yang paling banyak bekorban tenaga dan harta itulah yang lebih dahulu di akomodir kepentingannya. (Infojambi.com/Koran PWI/MS)
Sumber: www.infojambi.com
0 komentar:
Posting Komentar